Dulu saya selalu bertanya, apa yang dimaksud dengan berdamai
dengan diri sendiri. Perasaan saya tidak punya masalah apa2 dengan diri saya?
Apanya yang harus didamaikan?
Perlahan saya tahu. Apa yang harus didamaikan? Banyak. Pertanyaan
saya terjawab satu persatu. Yang harus didamaikan adalah antara keinginan dan
apa yang harus kita lakukan.
Mendamaikan sebuah konflik dalam diri, keegoisan yang banyak
macamnya. Egois ingin meriah mimpi, tapi mengorbankan banyak hal. Tidak jarang
bahkan mengorbankan orang tersayang. Hhhmm, saya jadi mikir, selama ini saya
berusaha membahagiakan ibu. Yang saya lihat, ibu akan sangat bahagia bila bisa
pergi naik haji, hidup dengan tenang tanpa harus bekerja lagi. Menikmtai masa
tua dengan mengurus cucu, bercocok tanam, mengikuti pengajian, berkunjung ke
rumah sodara, melihat semuanya baik-baik saja.
Saya tau setiap hari ibu berdoa. Agar anaknya selalu
bahagia. Tapi, apakah ibu tahu bahwa apa yang membuat saya bahagia adalah bisa
memenuhi semua keinginannya itu. Tempo hari, saya membaca artikel tulisan pak
Anies Baswedan tentang kekuatan sebuah doa. Lalu ada kalimat yang benar-benar
membuat saya berpikir sampai sekarang. Kalimatnya berbunyi “Apakah aku sudah
menjawab doa ibuku?” Kalimat sederhana dengan makna yang sangat dalam.
Terngiang-ngiang terus di kepala. Apakah aku sudah menjawad
doa ibuku? Apakah aku mampu memenuhi semua yang dia ucapkan dalam doanya setiap hari siang dan malam?
Semoga...
@melzop
The one who missing her mom