Monday, June 6, 2011

Tulisan seorang teman. Tentangku...

Tubuh kecil, dengan gaya trendy ala anak masa kini. Bicaranya heboh, sedikit manis manja dengan tata bahasa campur-campur. Antara alay dan asoy..hehehe. Tetapi dibalik semua itu dia adalah sosok yang menakjubkan. Mimpinya banyak. Tapi yang terutama, dia tak tidur tapi berjuang sekuat tenaga untuk mewujudkannya. Sosok yang tak terduga sama sekali.

"Aku itu pernah jadi pembantu loh mbak," ucapnya ditengah pembicaraan kami yang ngalor ngidul. Hm..becanda kali anak ini. Tetapi senyumnya yang cemerlang itu menegaskan bahwa dia sungguh-sungguh dengan ucapannya. Pernyataan ini terlontar berawal dari pertanyaku tentang mengapa dia harus bersusah payah kerja di dua tempat sambil kuliah. "Emang kamu tidak bisa minta sama orang tua," ujarku penasaran ketika sebelumnya dia meminta cashbon sama bos untuk bayar SPP kuliah. Apalagi dia sampai nunggak dua semester.

Tadinya dia seperti mengacuhkan pertanyaanku. Tetapi dalam perjalanan pulang bersama dia mengungkapkan kalimat kejutan itu tadi. Mengapa? tanyaku. "Sejak SMA sudah harus membayar sekolah sendiri, malu nyusahin orangtua terus," ungkapnya. "Saya mah berasal dari keluarga sederhana mbak" Tambahnya Bukannya putus asa, atau menggunakan jalan pintas dia memilih menjadi blue workers jajaran rendah di negeri ini yaitu pembokat. Setiap hari sepulang sekolah dia bekerja mencuci baju, nyetrika dan bebenah rumah.  "Saya jadi pembantu di rumah guru BP saya. Dia sangat baik mau menerima saya kerja. Sering dia beri saya nasi usai kerja," ungkapnya dengan sangat ceria.

Dia mengaku itu dilakoni sampai SMA (khusus broadcast). Menurut dia itu dilakukan karena dirinya sangat ingin sekolah. Apalagi dia sudah melihat contoh, sang kakak bisa berhasil menjadi PNS dengan perjuangan yang tak jauh berbeda darinya. Begitu lulus, dia mengikuti sang kakak ke Jakarta. Impiannya untuk kuliah terus menggebu. Jalan terbuka bagi yang mau berusaha. Dia mendapat pekerjaan meski baru magang di sebuah stasiun tv. Dengan modal gaji dia mendaftar kuliah kelas karyawan.

Perjuangannya masih belum selesai. Sang adik nomor tiga terjerat setan narkoba. Untuk itu gadis kecil ini harus membagi pendapatan yang tidak seberapa itu untuk membiayai rehabilitasi adiknya. Kesepakatan dengan sang kakak, yang sudah berkeluarga, dia membantu rehabilitasi dan kakak membiayai adik terkecil mereka yang masih duduk di SD. Jalan kembali dibukakan, dia mendapat sidejob di sebuah majalah. "Banyak orang yang masih sayang sama saya mbak," ujarnya sambil tersenyum. Kadang dia mengaku kehabisan kekuatan. Apalagi bila sang adik kembali berulah dan kembali mencandu. Terakhir adiknya malah kabur dari tempat rehabilitasi. Menangis adalah jalan keluar selain berdoa. 

"Saya tidak mau meminta-minta. Nanti minta satu ditagih yang lain," ucapnya saat aku ledekin untuk cari pacar yang kaya. Semua ditanggung sendiri. Sehingga ketika ada orang yang salah menilai, karena asal usul dan penampilannya dia sering sedih. Tetapi lagi-lagi dia tidak menjadi cengeng. "Saya ingin menyelesaikan kuliah mbak. Saya ingin bisa mengangkat derajat keluarga saya," ungkapnya. Untuk itu dia rela bekerja banting sana sini demi mencapai impian itu. Dan aku hanya bisa menghapus air bening di sudut mataku. Sungguh gadis pemimpi yang pejuang kau sahabat. Aku  berdoa semoga impiannya terwujud !!


After i read this article, i feel like i'm being 'someone'.

Thanks Mbak Stevy for being my everything :)